Menaker Tekankan Pentingnya Softskill di Era Persaingan

By Admin

nusakini.com--Dalam menghadapi era persaingan yang semakin kompetitif, peningkatan kompetensi dan profesionalisme saja tidak lah cukup. Agar benar-benar memiliki daya saing tinggi, masyarakat Indonesia juga harus membekali dirinya dengan softskill. Saat ini, softskill pun semakin penting perannya, mengingat upaya peningkatan daya saing bangsa harus diimbangi dengan karekter bangsa yang kuat pula. 

Hal ini disampaikan Menteri Ketenagakerjaan RI (Menaker) M. Hanif Dhakiri saat melakukan kunjungan kerja ke Kota Pekanbaru, Kamis (6/10). Pada kesempatan tersebut, Menteri Hanif mencontohkan lembaga pendidikan Pondok Pesantren yang mampu melahirkan santri dengan karakter kebangsaan yang kuat. Hal ini terbukti dengan sejarah panjang keterlibatan santri dalam perjuangan Kemerdekaan Indonesia. 

“Sejarah mencatat, para santri telah mewakafkan hidupnya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan,” kata Menteri Hanif saat memberikan sambutan di Pondok Pesantren al-Mujtahada, Pekanbaru. 

Menteri Hanif juga berharap, di tengah ketatnya era persaingan saat ini, lembaga pendidikan Pondok Pesantren dapat berkontribusi dalam menciptakan alumni pesantren yang berdaya saing. Tentunya, Pondok Pesantren harus mulai melakukan program pelatihan vokasi untuk meningkatkan daya saing lulusan pesantren. 

“Harapan saya, Santri mulai dibekali dengan kemampuan vokasional, sebagai bekal ketika keluar dari ponpes. Sehingga bisa masuk pasar kerja atau berwirausaha,” lanjut Menaker. 

Selain itu, saat mengunjungi Balai Latihan Kerja (BLK) Pekanbaru, Menteri Hanif mengajak dunia usaha untuk turut serta dalam meningkatkan kompetensi dan daya saing Indonesia. Menurutnya, saat ini Kementerian Ketenagakerjaan RI (Kemnaker) terus melakukan peningkatan kompetensi tenaga kerja dengan menggenjot pendidikan dan pelatihan vokasi. Berbagai skema kerja sama pun disiapkan pemerintah untuk melibatkan dunia usaha dalam upaya peningkatan kompetensi dan daya saing tenaga kerja di Indonesia. 

“Kita minta dunia usaha, bersama pemerintah mengepung agar diklat vokasi bisa memproduksi sumber daya manusia yang kompeten secara masif. Kita ingin lebih fokus dan lebih masif,” imbau Menker. 

Oleh karenanya, semua daerah akan terus didorong agar seluruh pemangku kepentingan, termasuk dunia usaha, dapat bahu-mambahu bersaman pemerintah menggenjot diklat vokasi. Menurutnya, ada banyak peran swasta bisa dimainkan, termasuk dengan mengembangkan pelatihan di masing-masing perusahaan. Dengan begitu, akan ada kesesuaian antara kebutuhan tenaga kerja dengan ketersediaan lapangan kerja. 

“Lalu membantu memobiliasi dan mendistribusikan instruktur-instruktur. Dari swasta dikerja samakan dengan pemerintah, lalu didistribusikan ke daerah-daerah untuk mempercepat pelatihan, pungkasnya.(p/ab)